Z A I N

Alien Neptunus, Pindah ke Bumi Karena Disana Tidak Ada Senja

Jagung

Dua jam sudah wanita tua itu duduk di beranda rumah, ditemani secangkir teh hangat dan kucing belang yang pemalas. Di depannya terhampar pekarangan sawah kosong yang mulai ditumbuhi rumput. Teringat wanita itu dengan celotehan anak bungsunya.

“Besok nek ibuk wes tua, kerjaan ibuk tinggal nyantai di depan omah, melihat hamparan kebun jagung buk”  wanita tua itu tersenyum mengingat – ingat

“Mirip pilem – pilem inggris loh buk, kan apik

Tiga tahun sudah anak lelaki terakhirnya merantau ke Kalimatan meninggalkannya bersama suami. Tanpa sadar dia mengambil hape di sebelah cangkir tehnya dan menulis pesan singkat pada anaknya.

 

Nak, lagi ngapain?

Katamu pekarangan depan e omah mau ditanem i jagung?

Rumput e wes mulai tumbuh maneh.

Bapakmu wes sepuh wes nggak kuat nyangkul.

 

Anak bungsunya terenyuh membaca pesan singkat itu. Dengan rasa bersalah dia membalas :

 

Buk, sawah depan e omah ojo di cangkul i.

Disitu banyak emas e buk

Aku di kalimatan ini lagi belajar nambang emas

Besok nek aku pulang mau tak gali.

 

Rasa bersalah itu mungkin juga membuyarkan konsentrasinya, pesan yang harusnya dikirim ke kontak bernama Ibuk tanpa sadar malah nyasar ke Ibra. Ya Ibrahim Sadewo. Teman SD nya dulu yang kini pengangguran.

Membaca pesan itu Ibra seketika mengambil cangkul dan mengajak warga kampung untuk rame – rame mengikutinya.

Pak lek, sawah ngarep omah e Mbok de ono emas e, iki lo wocoen sms e Mas Zen”

Sadewo dan para warga dengan antusias mulai mencangkul di pekarangan rumah wanita tua itu. Semua rumput di babat, dan petak petak tanah disikat. Dengan semangat. Sedang wanita tua itu hanya celingukan kebingungan “Dari mana asal e emas kok nyasar nang sawahku.”

Sore menjelang, langit berganti gaun menjadi gelap. Namun tiada sesuatupun mereka temukan, mereka pulang dengan perasaan kecewa sambil sesekali mengolok pada Sadewo.

“Bocah kampret, isone gawe – gawe tok” celetuk salah satu warga sambil berjalan penuh penyesalan.

Sementara wanita tua itu masih kebingungan sambil ia baca pesan dari anaknya yang baru saja masuk.

“Sekarang ibuk bisa nanem jagung di sawah depan e omah, warga wes tak suruh nyangkul i”

Sambil terkekeh ia membaca pesan itu, menampakkan giginya yang mulai langka.

“Warga terlalu bodoh opo kowe terlalu pinter nak” Balasnya.

 

 

Balikpapan, April 2018